LAPORAN FISIOLOGI PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Tujuan Praktikum : 
  1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung sengan sphygmomanometer (tensimeter)
  2. Mahasiswa memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis

DASAR TEORI

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Jika sirkulasi darah tidak memadai, maka akan terjadi gangguan pada sistem transport oksigen, karbondiokasida dan hasil-hasil metabolisme lainnya.

menurut Budiyanto (2002), tekanan darah sistolik (atas) adalah puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama pada saat pengukur darah. Tekanan darah diastolik (bawah) diambil ketika tekanan jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. Tekanan darah diastolik dicatat apabila terdengar bunyi terakhir pada alat pengukur darah.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah dibanding dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari pun berbeda, paling tinggi diwaktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. (Ibnu, 1996)

Tekanan darah timbul ketika bersirkulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah dan pembuluh darah yang memiliki dinding elastis serta ketahanan yang kuat. (Hayens, 2003)

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, pendarahan ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak lansung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphygmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang terbaca pada manometer dengan susunan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis. (Smeltzer & Bare, 2001) 

HASIL 
NO SUBJEK TEKANAN BERBARING DUDUK BERDIRI BERBARING-BERDIRI
1 2 X 1 2 X 1 2 X 1 2 X
1 A sistole 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90 90 90
diastole 70 70 70 70 80 75 80 70 75 70 70 70
2 B sistole 90 90 90 100 100 100 100 100 100 90 90 90
diastole 60 60 60 60 70 65 70 70 70 60 60 60


PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan saat praktikum, tekanan darah diukur dengan metode tidak langsung dan pengukuran dilakukan pada lengan bagian atas. Tekanan darah masing-masing subjek diukur dalam beberapa keadaan yaitu berbaring, duduk, berdiri, dan berbaring-berdiri. Pengukuran darah dengan sphygmomanometer pada kedua subjek diperoleh hasil yang beragam. Hasil data menunjukkan range tekanan darah agak rendah pada subjek A dan tekanan darah rendah pada subjek B. Pada setiap posisi kedua subjek memiliki hasil yang berbeda dan tekanan darah lebih rendah pada posisi berbaring-berdiri. Perbedaan hasil tekanan darah pada setiap posisi ini dipengaruhi oleh volume darah yang kembali ke jantung. 
  1. Posisi duduk : Posisi ini membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini karena pada saat duduk sistem vasokontraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal sarafpun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. (Guyton & Hall, 2007)
  2. Posisi berdiri : Pada posisi ini, pengumpulan darah di vena menjadi lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dengan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit. Isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang dan kemungkinan tekanan darah akan turun. 
  3. Posisi berbaring : Pada posisi ini darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan gravitasi. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. ( Guyton, 2007)
  4. Posisi berbaring-berdiri : perubahan posisi yang cepat menyebkan tubuh menjadi pusing atau bahkan pingsan. Karena gerakan cepat ini membuat jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke otak. 
Hasil tekanan darah pada kedua praktikan cenderung rendah. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh keadaan fisik praktikan yang mengeluh sedikit kelelahan dan kepala agak terasa pusing dan juga ditambah pengukuran darah pada posisi berbaring-berdiri yang terjadi dengancepat sehingga hasil pengukuran lebih rendah dibanding posisi lainnya. 

KESIMPULAN
  1. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung menggunakan alat sphygmomanometer dan stetoskop.
  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu usia, jenis kelamin, stress, hormon, postur tubuh dan aktivitas fisik
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, K.A.M. 2002. Gizi dan Kesehatan Edisi 1. UMM PRESS. Malang
Ibnu, M, 1996, Dasar-Dasar Fisiologi Kardiovaskuler, EGC, Jakarta
Hayens, B. dkk, 2003, Buku Pintar Menaklukan Hipertensi, Ladang Pustaka, Jakarta
Smeltzer, S. C. and Bare, B. G, 2001, Buku Ajar  Keperawatan Medical Bedah Edisi 8: Vol 2, EGC, Jakarta
Guyton, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta

No comments:

Post a Comment