Tujuan : Mahasiswa memahami fisiologi traktus urinaria, proses pembentukan dan komposisi urine
DASAR TEORI
Urine dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan sistem homeostatik. Sifat dan susunan urin dipengaruhi oleh faktor fisiologis (misal masukan diet, berbagai proses dalam tubuh, suhu, lingkungan, stress, mental, dan fisik) dan faktor patologis (seperti gangguan metabolisme misalnya diabetes mellitus dan penyakit ginjal. Oleh karena itu pemeriksaan urine dapat ditemukan zat-zat patologik antara lain glikosa, ptotein, dan keton (Probosunu, 1994).
Urine dibentuk oleh penggabungan 3 proses yaitu 1) Filtrasi plasma darah oleh glomerolus, 2). Absorpsi kemlabali selektif zat-zat seperti garam, air, gula sederhana, dan asam amino oleh tubulus yang diperlukan untuk mempertahankan lingkungan internal atau untuk membantu proses-proses metabolik; 3). Sekresi zat-zat oleh tubulus dari darah ke dalam lumen tubulus untuk disekresikan ke dalam urine. Proses ini mengikutsertakan penahanan kalium, asam urat, anion organik, dan ion hidrogen. Tugasnya untuk memperbaiki komponen buffer darah dan untuk mengeluarkan zat-zat yang mungkin merugikan (Probosunu, 1994).
Sistem urinaria yaitu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah, sehingga arah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dikeluarkan berupa urine. Sistem urinaria yaitu : ginjal-ureter-vesika urinaria-uretra-urine (Syaifuddin, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah atau keadaan urine diantaranya : jumlah air yang diminum, keadaan sistem saraf, hormon ADH, banyaknya garam yang harus dikeluarkan darah agar tekanan menjadi osmotik, pada penderita diabetes mellitus pengeluaran glukosa diikuti kenaikan volume urine (Thenawijaya, 1995)
Komposisi dari urine yaitu terdiri dari kira-kira 95% air, zat-zat sisa nitrogen dri hasil metabolisme protein asam urea, amoniak, kreatin, elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat, dan sulfat, juga terdiri dari pigmen (bilirubin, urobilin) toksin dan hormon (yatim, 1982).
HASIL
Tabel 1
Parameter
|
Urine A
|
Urine B
|
|||
1
|
2
|
1
|
2
|
||
Glukosa
|
Warna
|
Hijau toska pekat
|
Hijau toska
|
Hijau coklat pekat
|
Hijau kecoklatan
|
+/-
|
+-
|
+
|
-
|
+
|
|
Protein
|
Warna
|
Abu kehijauan
|
Biru keunguan
|
Abu kehijauan
|
biru
|
+/-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
Probandus
|
Warna
|
Volume
|
Kejernihan
|
Bau
|
A
|
Kuning pekat
|
125 ml
|
Jernih
|
Khas
|
B
|
Kuning terang
|
75 ml
|
Jernih
|
khas
|
Parameter
|
Urine A
|
Urine B
|
Urobilinogen
|
4
|
4
|
Keton
|
+-
|
+-
|
Bilirubin
|
-
|
-
|
Protein
|
+-
|
+-
|
Nitrin
|
-
|
-
|
pH
|
5
|
6
|
Blood
|
-
|
-
|
Glukosa
|
-
|
-
|
Leukosit
|
+-
|
-
|
Berat Jenis
|
1015
|
1015
|
PEMBAHASAN
1. Glukosa
Di dalam darah kadang terdapat jumlah glukosa yang berlebihan karena kerja hormon insulin yang tidak sempurna yang disebut diabetes mellitus. Ginjal meloloskan glukosa yang masuk ke dalam tubulus ginjal sehingga urine yang dihasilkan akan mengandung gula. Seharusnya urin tidak mengandung glukosa karena ginjal akan menyerap glukosa hasil filtrasi kembali ke dalam darah. Pada praktikum deteksi glukosa pada spesimen urin ini digunakan metode Benedict dengan 2 sampel urn A&B. Hasil praktikum pada sampel A berwarna hijau toska pekat +- dan pada sampel B berwarna hijau coklat pekat -. Hasil sampel A positif karena adanya kandungan glukosa pada urinnya namun hasil tersebut adalah positif palsu. Kemungkinan ini terjadi karena adanya kontaminasi pada reagen dan adanya bahan reduktor selain glukosa. Beberapa gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentosa, laktosa dll. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung dalam sampel urin. Hal ini karena hanya kandungan glukosa yang mengidentifikasi keberadaan diabetes mellitus.
2. Protein
Urin yang ditemukan protein disebut proteinuria. Proteinuria ini ditandai dengan adanya kekeruhan atau warna gelap setelah dilakukan uji. Uji yang digunakan adalah uji asam sulfosalisilat, pada hasil kedua sampel positif mengandung protein. Namun hasil ini adalah positif palsu. Kemungkinan ini terjadi karena kontaminasi reagen dan pH urin yang basa sehingga protein sukar larut.
3. Warna
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai arti karena terkadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dikonsumsi atau makanan yang dimakan. Pada pemeriksaan sampel A & B, sampel A berwarna kuning terang dan sampel B berwarna kuning pekat/tua. Kedua sampel tersebut memiliki warna yang nornal. Warna tersebut disebabkan oleh beberapa zat warna seperti urochrom, urobilin, dan porphyim.
4. Volume
Pengukuran volume urin untuk mengetahui kelainan dalam keseimbangan cairan tubuh. Banyak sekali faktor yang memperngaruhi volume uri seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan&minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas. Volume urin pada sampel A sebanyak 75ml dan pada sampel B sebanyak 125ml. Pengukuran urin tersebut adalah pengeluaran urin sewaktu, bukan pengeluaran urin selama 24 jam. Pengeluaran urin lebih dari 2000ml selama 24 jam disebut poliuri. Ini karena pemasukan cairan yang berlebih atau pada penyakit diabetes mellitus.
5. Kejernihan
Kejernihan dinyatakan dalam jernih, agak keruh, keruh dan sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal adalah jernih. Kekeruhan dapat disebabkan oleh sel epitel, leukosit yang lambat laun menguap, bakteri, dan fosfat amorf yang mengendam. Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel spesimen urin A & B memiliki warna kuning jernih yang artinya normal.
6. Bau
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, pete, obat-obatan seperti mentol, atau bau seperti buah. Pengamatan pada sampel spesimen urin A & B memiliki bau khas/pesing.
Hasil pemeriksaan urin pada tabel 3 menyatakan bahwa urin normal, tidak ada kelainan pada ginjal. Adapun kesalahan pada hasil keton, protein, dan leukosit atau disebut positif palsu. Kemungkinan kesalahan terjadi karena ketidak tepatan praktikan membaca warna yang tertera pada stik karena pengamatan ini menggunakan metode tarik celup. Kadar keasaman (pH) pada kedua sampel normal, tidak ada darah, nitrit dan bilirubin menunjukan tidak ada kelainan pada fungsi ginjal.
KESIMPULAN
1. Traktus urinaria yaitu : Ginjal-ureter-vesica urinaria-uretra-urin
2. Urin terbentuk melalui 3 proses yaitu filtrasi, sekresi, dan reabsorpsi
3. Komposisi urin yaitu air, garam terlarut dan materi organik.
4. Adanya kadar glukosa dalam urin menandakan adanya gangguan patologi ginjal atau diabetes mellitus.
5. Adanya kandungan glukosa pada urin tidak selalu positif diabetes mellitus, atau dikenal dengan positif palsu.
DAFTAR PUSTAKA
- Kartolo, W. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi. Erlangga. Jakarta
- Probosunu, N. 1994. Fisiologi Umum. Gajah Mada Press. Yogyakarta
- Syaifuddin, 1997. Anatomi Fisiologi. EGC. Jakarta
- Thenawijaya, M. 1995. Uji Biologi. Erlangga. Jakarta
- Yatim, W. 1982. Biologi Modern. Tarsito. Bandung
Pengukuran volume urin untuk mengetahui kelainan dalam keseimbangan cairan tubuh. Banyak sekali faktor yang memperngaruhi volume uri seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan&minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas. Volume urin pada sampel A sebanyak 75ml dan pada sampel B sebanyak 125ml. Pengukuran urin tersebut adalah pengeluaran urin sewaktu, bukan pengeluaran urin selama 24 jam. Pengeluaran urin lebih dari 2000ml selama 24 jam disebut poliuri. Ini karena pemasukan cairan yang berlebih atau pada penyakit diabetes mellitus.
5. Kejernihan
Kejernihan dinyatakan dalam jernih, agak keruh, keruh dan sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal adalah jernih. Kekeruhan dapat disebabkan oleh sel epitel, leukosit yang lambat laun menguap, bakteri, dan fosfat amorf yang mengendam. Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel spesimen urin A & B memiliki warna kuning jernih yang artinya normal.
6. Bau
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, pete, obat-obatan seperti mentol, atau bau seperti buah. Pengamatan pada sampel spesimen urin A & B memiliki bau khas/pesing.
Hasil pemeriksaan urin pada tabel 3 menyatakan bahwa urin normal, tidak ada kelainan pada ginjal. Adapun kesalahan pada hasil keton, protein, dan leukosit atau disebut positif palsu. Kemungkinan kesalahan terjadi karena ketidak tepatan praktikan membaca warna yang tertera pada stik karena pengamatan ini menggunakan metode tarik celup. Kadar keasaman (pH) pada kedua sampel normal, tidak ada darah, nitrit dan bilirubin menunjukan tidak ada kelainan pada fungsi ginjal.
KESIMPULAN
1. Traktus urinaria yaitu : Ginjal-ureter-vesica urinaria-uretra-urin
2. Urin terbentuk melalui 3 proses yaitu filtrasi, sekresi, dan reabsorpsi
3. Komposisi urin yaitu air, garam terlarut dan materi organik.
4. Adanya kadar glukosa dalam urin menandakan adanya gangguan patologi ginjal atau diabetes mellitus.
5. Adanya kandungan glukosa pada urin tidak selalu positif diabetes mellitus, atau dikenal dengan positif palsu.
DAFTAR PUSTAKA
- Kartolo, W. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi. Erlangga. Jakarta
- Probosunu, N. 1994. Fisiologi Umum. Gajah Mada Press. Yogyakarta
- Syaifuddin, 1997. Anatomi Fisiologi. EGC. Jakarta
- Thenawijaya, M. 1995. Uji Biologi. Erlangga. Jakarta
- Yatim, W. 1982. Biologi Modern. Tarsito. Bandung
No comments:
Post a Comment